"SEKILAS TENTANG TANTANGAN PARA PETUGAS PASTORAL CARE"
Dewasa ini, perkembangan zaman serta maraknya alat komunikasi semakin membuat manusia tidak lagi bisa memberikan bimbingan atau pendampingan terutama kepada orang yang sakit. Howard Clinebell (2002:204-205) dalam bukunya yang berjudul “Tipe-tipe dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral” mengatakan bahwa perkembangan zaman yang seperti saat ini, membuat setiap manusia semakin terpisah dengan sesamanya dan lebih mementingkan dirinya sendiri. Melihat permasalahan dan realita di atas, agaknya setiap manusia yang ada di zaman sekarang kurang bisa menghargai pribadi manusia sebagai ciptaan Tuhan yang sempurna (bdk. Kej 1:27).
Membimbing dan mendampingi orang sakit merupakan tugas yang sangat mulia, karena telah menjaga serta merawat ciptaan Tuhan. Berdasarkan hal ini juga, maka di dalam tradisi Gereja Katolik ada pelayanan bagi umat yakni Sakramen Pengurapan Orang Sakit. Hal ini juga sekaligus sebagai wujud perhatian Gereja pada orang yang sakit dan menderita (SC: 73);
“Pengurapan terakhir”, atau lebih tepat lagi disebut “Pengurapan Orang Sakit”, bukanlah sakramen bagi mereka yang berbeda di ambang kematian saja. Maka, saat yang baik untuk menerimanya pasti sudah tiba bila orang beriman mulai ada dalam bahaya maut karena menderita sakit atau sudah lanjut usia.
Pastoral Care
merupakan bentuk pelayanan yang didasarkan pada semangat Yesus sendiri,
sebagaimana yang dikatakana oleh Yesus dalam Injil Matius;
“Yesus pun berkeliling di
seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil
Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa
itu. Maka tersiarlah berita tentang Dia di seluruh Siria dan dibawalah kepada-Nya
semua orang yang buruk keadaannya, yang menderita pelbagai penyakit dan
sengsara, yang kerasukan, yang sakit ayan dan yang lumpuh, lalu Yesus
menyembuhkan mereka. Maka orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. Mereka
datang dari Galilea dan dari Dekapolis, dari Yerusalem dan dari Yudea dan dari
seberang Yordan” (Mat 4:23-25).
Gaya
hidup manusia di zaman sekarang ini dipenuhi oleh sikap individualistik, konsumeristik, hedonistik, dan materialistik. Hal tersebut tentunya mengakibatkan pergeseran nilai-nilai hidup
manusia. Dalam setiap perubahan dan perkembangan selalu diiringi krisis atau
ketegangan. Ini juga yang mempengaruhi aspek hidup manusia. Keempat aspek tersebut meliputi, fisik, mental, spiritualitas dan sosial. Keempat aspek tersebut juga saling
berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain.
Pekerjaan
menolong orang yang menderita dipandang Yesus sebagai bagian hakiki dari karya
penyelamatan, seperti yang ditegaskan oleh-Nya dalam Injil Lukas:
“Lalu Yesus berkata kepada mereka: ”Aku bertanya kepada
kamu: Manakah yang diperolehkan pada hari sabat, berbuat baik atau berbuat
jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya” (Luk 6:9)
Tugas
seorang petugas pastoral di rumah sakit adalah membantu pasien dalam kesembuhan
spiritualitasnya. Pelayanan tersebut dilakukan dengan tindakan kasih yang
mendalam, dengan harapan supaya pasien yang mengalami kerahiman dari Allah,
dalam arti penyembuh batin yang berasal dari kuasa kasih Allah terhadap dirinya.
Pelayanan
petugas pastoral care harus
mencerminkan kepribadian yang baik, sopan dan penuh cinta kasih, demi
peningkatan upaya keberhasilan penyembuhannya tidaklah akan mencapai hasil yang
optimal dengan adanya peran dari pasien itu sendiri di dalamnya. Dalam hal ini
pasien harus juga terlibat dengan aktivitas pastoral yang diberikan oleh pihak
rumah sakit melalui para petugasnya.
Petugas
pastoral care dengan spiritualitas
matang, hendaknya berusaha memberikan pertolongan kepada orang lain dalam hal ini ialah para pasien, dengan
sentuhan kasih, dan membimbing ke arah hubungan yang lebih baik terhadap diri
sendiri, sesama maupun dengan Tuhan sendiri. Sehingga dapat berkembang menjadi
manusia yang utuh.
Pastoral care
yang dilaksanakan kelompok-kelompok basis gerejawi bukan hanya dalam memelihara hidup rohani, tetapi memelihara
umat Tuhan sebagai keseluruhan. Pastoral care tidak hanya berarti
mengajak berdoa, tapi perhatian terhadap orang, jiwa raganya seluruhnya sebagai
satu kesatuan. Seperti yang diungkapkan oleh Romo
Janssen, pastoral care itu tidak ada hubungannya dengan pastoran,
atau dengan pastor, akan tetapi ada hubungan dengan pastoral, dalam arti
mengembangkan community yang berdasar atas kasih, perhatian terhadap
orang keseluruhan (www.bhaktiluhur.org/pendiri/).
Profil
petugas pastoral care sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan bagi berproses penyembuhan, maka dalam hal
ini, seorang petugas pastoral care
harus memiliki kualifikasi tertentu, baik itu kepribadian, sikap dan
keterampilan. Hal tersebut menjadi dasar dari modal yang harus terus-menerus
dihubungkan. Aktivitas berpastoral adalah aktivitas mencintai. Setiap tenaga
pastoral pertama-tama harus mencintai pekerjaannya, aktivitas kesehariannya dan
lebih dari itu ialah mencintai setiap orang yang menjadi medan pastoralnya.
Itulah yang lantas disebut sebagai cinta kasih pastoral.
....Semoga, bermanfaat ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar