SPIRITUALITAS PETUGAS PASTORAL
CARE SERTA TANTANGANNYA DALAM TUGAS PELAYANAN
Bagian ini akan dibahas mengenai pengertian spiritualitas, spiritualitas pastoral care, dasar teologi, tujuan,
fungsi, cara pendampingan dan peranan spiritualitas bagi seorang petugas pastoral care.
Spiritualitas
Pengertian
spiritualitas, menurut Banawiratma (1990:57-58) dalam bukunya yang berjudul “Spiritualitas
Transformatif Suatu Pergumulan Ekumins” dikatakan demikian:
Kata spiritualitas berasal dari bahasa latin yaitu:
“Spirit” yang berarti Roh; yaitu: daya
kekuatan yang menghidupkan atau menggerakkan Spiritualitas dapat diartikan
sebagai kekuatan atau Roh yang memberi daya tahan kepada seorang atau kelompok
orang untuk mempertahankan, memperkembangkan, mewujudkan kehidupan.
Spiritualitas berarti: Cara orang
menyadari, memikirkan, menghayati hidup rohaninya. Spiritualitas tidak lain
adalah gaya hidup atau gerak batin yang mewujudkan keberadaan seseorang. Dengan
demikian dapat dikatakan hidup menurut kehendak Roh, mutu dan kualitasnya
ditunjukkan dengan cara hidup, sikap hidup, prinsip hidup.
Berdasarkan
pandangan tersebut maka, spiritualitas dapat diartikan daya dan kekuatan yang
menghidupkan, serta daya penggerak bagi seseorang dalam mempertahankan,
memperkembangkan, mewujudkan kehidupannya. Selain itu, spiritualitas merupakan
suatu gaya hidup atau gerak batin yang mewujudkan keberadaan seseorang. Dengan
demikian dapat dikatakan spiritualitas sebagai hidup menurut kehendak Roh, mutu
dan kualitasnya ditunjukkan dengan cara hidup, sikap hidup, dan prinsip hidup.
Menurut
Aart Van Beek (1999:10-12) dalam bukunya yang berjudul “Pendampingan Pastoral”.
Istilah pastoral berasal dari kata “pastor” dalam Bahasa Latin atau dalam Bahasa
Yunani disebut “primen” yang artinya “gembala”. Secara tradisional dalam
kehidupan gerejawi hal ini merupakan tugas pendeta yang harus menjadi gembala
bagi jemaat atau dombaNya. Istilah ini dihubungkan dengan diri Yesus Kristus
dan karyaNya sebagai “Pastor Sejati atau Gembala yang Baik”.
Istilah
pastor dalam konotasi praktisnya berarti merawat atau memelihara. Sikap
pastoral harus mewarnai semua sendi pelayanan setiap orang sebagai orang-orang
yang sudah dirawat dan diasuh oleh Allah secara sungguh-sungguh. Penggembalaan
adalah istilah struktural untuk mempersiapkan rohaniawan untuk tugas pastoral
atau tugas penggembalaan. Ada beberapa tipe penggembalaan di masyarakat Kristen
Indonesia, yakni:
- Penggembalaan sebagai bentuk pembinaan, yaitu tugas membentuk watak seseorang dan mendidik mereka menjadi murid Kristus yang baik.
- Penggembalaan sebagai pemberitaan firman Allah melalui pertemuan antar pribadi, kelompok kecil, walaupun juga dilakukan dalam khotbah dan liturgi.
- Penggembalaan sebagai pelayanan yang berhubungan dengan sakramen.
- Penggembalaan sebagai pelayanan penyembuhan, yaitu pelayanan rohani yang mengakibatkan penyembuhan fisik, dan lain-lain.
- Penggembalaan adalah pelayanan kepada masyarakat, yaitu pelayanan sosial dan pelayanan.
- Penggembalaan sebagai pelayanan dimana manusia yang terlibat dalam interaksi menantikan dan menerima kehadiran dan partisipasi Tuhan Allah.
- Penggembalaan sebagai sebagai konseling pastoral yang menggunakan teknik-teknik khusus (ilmu-ilmu humaniora) khususnya psikologi.
Pastoral Care merupakan cabang dari
pastoral yang dikhususkan pada pemeliharaan jiwa-jiwa. “Kegiatan pemeliharaan
jiwa-jiwa, menurut F. Haarsma berpusat pada orang perorangan dan atau kelompok
kecil.” (bdk. F. Haarsma, Pastoral Dalam Dunia, Puspas Yogyakarta,1991, hal
10). Inilah pastoral care di dalam arti luas. Dalam bahasa Latin disebut “cura
animarum” yang berarti pemeliharaan rohani, atau pemeliharaan jiwa-jiwa.
Dalam artinya yang sempit, pastoral care berarti pemeliharaan rohani dari golongan-golongan yang
memerlukan perhatian khusus, misalnya, pastoral
care untuk orang sakit. Di rumah sakit, mereka sudah menerima perawatan secara jasmani. Tetapi di
samping itu, mereka juga membutuhkan perawatan secara rohani. Inilah arti
khusus, atau arti sempit dari pastoral
care yang dipakai oleh banyak rumah sakit, khususnya rumah sakit kristiani.
Di rumah sakit seperti itu, disediakan kamar khusus untuk bagian pastoral care, juga ada tenaga khusus
untuk pastoral care. Tenaga yang
biasanya mendukung, antara lain: suster atau tenaga awam lainnya, yang dilatih
untuk perawatan rohani. Yang mengalami sakit adalah manusia sebagai suatu
keseluruhan. Maka, sebagai keseluruhan (totalitas) pasien tidak hanya
memerlukan penyembuhan badan, melainkan juga memerlukan pemeliharaan rohani
yang khusus.
Obyek dari subdisiplin
(ilmu) ini adalah penggembalan: penggembalaan, kepedulian, perhatian, pembinaan
satu terhadap yang lain, yang memberi kesempatan kepada mereka untuk berkembang
melalui komunikasi religius pribadi ke dalam situasi dalam mana mereka
seharusnya ada.
Sebagai bentuk pemeliharaan jiwa, pastoral care memiliki perhatian
seluruhnya tertuju pada hidup batin manusia yang unik yang menjadi arena
pertempuran antara Allah dan iblis, tempat mengambil keputusan antara yang baik
dan yang buruk. Dari pusat hati manusia, menurut perkataan Yesus, timbul
pikiran-pikiran jahat. Tetapi menurut Paulus, dalam hati yang sama itu berdiam
Roh Kudus dan berdoa dengan hembusan yang tak dapat diucapkan.
Maka manusia yang dituju oleh pastoral care adalah manusia dalam
totalitasnya, yang hidup dengan niat dan harapannya, dengan rasa benci dan
cintakasihnya.
Pastoral care merupakan bagian dari
terapi. Banyak orang Katolik yang mengalami kesulitan untuk melayani jiwanya
sendiri. Orang-orang yang seperti itu masih memerlukan pelayanan pastoral care. Orang Katolik tidak bisa
menjadi garam jika ia sendiri kehilangan asinnya. Maka orang yang seperti itu
perlu disembuhkan; bukan hanya penyembuhan secara fisik, tetapi juga psikis dan
rohaninya.
Pada banyak tindakan penyembuhan yang dilakukan
Yesus dapat diketahui bahwa sesudah seseorang disembuhkan, maka Yesus memberi
tugas kepada orang itu; seakan-akan Ia mengatakan: “Sekarang kamu telah sembuh, kembalilah ke tempatmu untuk mewartakan
Injil.” (Mrk.1:44; Mrk.5:19).
Pastoral Care
sebagai Teologi Praktis
Menurut
P. Mudjijo (2012b:5-6) Pastoral
care merupakan bagian dari teologi praktika. Dari istilah ini, pastoral care mendapat pengertian: (1)
suatu bentuk penerapan Injil secara khusus kepada umat yang ada di dalam
situasi khusus, baik secara pribadi maupun kelompok. Berita baik dari Kristus
benar-benar sampai kepada mereka. (2) menolong orang satu persatu atau kelompok
kecil untuk menyadari hubungannya dengan Allah dan sesamanya, dan membimbingnya
untuk mengakui dan mewujudkan imannya di dalam situasi hidupnya yang khusus,
dan (3) tiap-tiap kegiatan dalam mana si pekerja pastoral melalui tindakan
komunikatifnya berusaha mempengaruhi kepribadian, pikiran, perasaan, pengakuan
iman, anggota-anggota Gereja atau umat yang digembalakannya sehingga mereka
semakin mampu mewujudkan imannya di dalam situasi hidup mereka.
Berdasarkan
pengertian-pengertian yang ada di atas, jelas bahwa yang ditekankan dalam pastoral care adalah manusia,
satu-persatu, secara pribadi, atau secara berkelompok. Selain itu, hal lain
yang dipandang penting dalam pastoral
care adalah relasi dan komunikasi antara petugas pastoral care dengan pasien yang menerima pelayanan dari padanya.
Dengan demikin, pastoral care amat
menekankan adanya hubungan manusiawi, satu-persatu, secara pribadi.
Gambaran
dari relasi antara petugas pastoral care
dengan orang-orang yang dilayaninya ini dapat dijumpai dalam perupamaan tentang
“Gembala yang Baik” (bdk. Yoh.10:1-12). Seorang Gembala yang baik mengenal
domba-dombanya satu persatu (ay. 14), memeliharanya, dan membimbingnya, supaya
domba-dombanya selamat, jangan kelaparan atau tersesat. Dari ayat ini, dapat
ditafsirkan sebagai berikut;
Pertama. Manusia secara pribadi, satu persatu mendapat
perhatian. Petugas pastoral care mulai dengan memperhatikan manusia secara pribadi.
Latar belakang dari pemikiran ini adalah pandangan bahwa siapapun yang
melalaikan segi subyektif dari manusia, pastilah suatu ketika akan
menyingkirkan manusia itu sendiri. Pastoral
care menolak segala perlakuan yang dapat menimbulkan kaum tanpa
kepribadian, yang menimbulkan golongan-golongan yang pribadi-pribadinya hanya
diberi nomor-nomor, sehingga pribadi yang sebenarnya tidak dihargai. Penolakan
ini didasarkan pada keyakinan bahwa manusia yang pribadinya sering tidak
dihargai sesamanyapun. Di hadapan Allah dan dalam terang iman mereka tetap
dihargai. Maka dalam pastoral care,
orang-orang yang dilayani diperjuangkan agar mereka mencapai tingkat keluhuran
pribadi. Harus diingat, bahwa adanya manusia sebagai pribadi berasal dari Allah
dan tertuju kepada-Nya. Perlu diperhatikan pula, bahwa segi subyektif dan taraf
menjadi pribadi pada setiap manusia memang dapat dibedakan. Namun hal ini tidak
dapat dipisahkan. Segi subyektif menentukan jati diri orang yang bertindak
dalam rangkaian masa lalu, kini dan yang
akan datang.
Maka
tugas teologi pastoral dewasa ini ialah memperjuangkan penyelamatan unsur-unsur
subyektif ini. Dan ini hanya mungkin kalau manusia dipertahankan sebagai
pribadi. Maka pastoral care berusaha
memperjuangkan paham pribadi sebagaimana dikembangkan dalam tradisi Kristiani
sejak jaman para Bapa Gereja. Menggembirakan sekali, bahwa dalam
gerakan-gerakan kritis dalam agama Kristen yang sangat dekat dengan teologi
pembebasan. Secara jelas diberikan ruang baik pada pemeliharaan jiwa maupun
pada pastoral antar pribadi.
Melalui
pastoral care kita disadarkan akan
pentingnya perhatian terhadap penderitaan, rasa sepi, kegembiraan, harapan,
rasa susah dan putus asa; sebab hanya seseorang yang pernah terhibur dapat
bernilai bagi sesamanya. Tugas teologi pastoral sebagaimana diuraikan di sini
sehubungan dengan unsur subyektif dan pribadi. Teologi pastoral mempunya dampak
teoritis ilmiah, yaitu pengakuan tempat yang sah dari pastoral care dalam keseluruhan cabang-cabang teologis, sebab
berpusat pada unsur subyektif manusia.
Kedua. Relasi antara si pekerja pastoral dengan umat yang
dilayaninya tidak juga berhenti pada relasi orang per-orang. Pastoral care lebih lanjut memperhatikan
orang yang dilayaninya di dalam hubungannya dengan lingkungannya yang nyata,
yakni sesama umat. Dan di dalam hal ini pastoral
care berarti juga tidak boleh melupakan kelompok umat di mana orang yang
dilayani itu menjadi anggota. Bahkan juga memperhatikan lingkungan dalam mana
umat yang digembalakannya itu tinggal. Manusia sebagai pribadi, tidak dapat
dipisahkan dari kelompoknya, karena manusia adalah makhluk sosial.
Memperhatikan individu manusia lepas dari kelompoknya dan lingkungannya,
berarti melupakan totalitas manusia.
Ketiga. Pastoral care
juga diberikan untuk umat sebagai kelompok. Kerap kali pastoral care juga menangani kelompok-kelompok umat. Mereka
digembalakan bukan sebagai pribadi, melainkan sebagai kelompok. Cara
penggembalaan pun berbeda dengan penggembalaan pribadi-pribadi.
Tujuan Pastoral
Care
Pastoral care
bertujuan memberikan pelayanan kasih, sebagai ungkapan iman sekaligus jawaban
konkrit atas panggilan hidup kristiani. Pelayanan ini juga, memberikan
perhatian kepada mereka yang menderita untuk meringankan beban mental
psikologis dan spiritual. Bentuk pelayanannya berwujud:
- Menjadi teman secara intensif, sehingga orang yang menderita tidak merasa sendirian.
- Meneguhkan, mendorong dan mendukung sehingga pribadi yang didampingi semakin berkembang atau serta mengalami penyembuhan.
- Membangkitkan potensi kemampuan dan kemauan dalam diri orang yang didampingi sehingga mempunyai harapan untuk maju dalam kesehatannya.
Fungsi Pastoral
Care
Pastoral Care
mempunyai sifat penggembalaan. Pastoral
Care berfungsi: membimbing sehingga orang yang didampingi semakin
berkembang dan berani menghadapi pergumulan dan perjuangan hidupnya. Sebagai
petugas pastoral care, seseorang
diharapkan dapat membangkitkan potensi-potensi dalam diri orang yang didampingi
sehingga mempunyai harapan untuk bergereka maju.
Menurut
Clinebell (1966:42-43), seorang ahli konseling pastoral, pendamping pastoral
mempunyai fungsi menyembuhkan, membimbing, menopang, memperbaiki hubungan dan
memelihara. Ada 5 fungsi: menyembuhkan, membimbing, menopang, memperbaiki,
memelihara.
Fungsi Menyembuhkan. Pendampingan pastoral membantu pasien untuk menyembuhkan hatinya. Hal ini
pada umumnya pasien mengungkapkan beban hidupnya yang terpendam. Tidak jarang
tekanan batin dapat menimbulkan penyakit psikosomatis. Melalui pengungkapan pengalaman
“penolakaan”, pasien diantar keluar dari kepahitan batinnya.
Fungsi Membimbing.
Fungsi ini membantu pasien agar dapat mengambil keputusan yang realitas
terhadap persoalan hidup yang dihadapinya. Pendampingan bersama pasien mencari
kemungkinan pemecahan masalah, menimbang segi positif dan negatif dari setiap
alternatif jalan keluar.
Fungsi Menopang.
Fungsi ini memberikan peneguhan, penghiburan kepada pasien, dengan harapan
mampu menerima kenyataan yang ada. Kehadiran yang baik dan komunikasi non
lisan, sangat membantu pasien karena memberikan kekuatan dan peneguhan.
Fungsi Memperbaiki Hubungan. Fungsi ini membantu pasien yang sedang mengalami
konflik dengan dirinya sendiri, sesama maupun dengan Tuhan.
Fungsi Memelihara. Fungsi
memelihara ini membantu pasien agar dapat mendampingi diri sendiri, bahkan
orang lain yang memintanya. Dalam proses pembimbingan diharapkan pasien akan
berkembang terus menerus menjadi lebih dewasa dalam menghadapi persoalan
hidupnya.
Pada
akhirnya, Pastoral Care merupakan
bagian dari keseluruhan pelayanan kesehatan holistik yang dilakukan dan
diberikan oleh rumah sakit. Adapun maksud dari pelayanan ini sebagai pelayanan
pendampingan untuk menghadirkan kerahiman Allah supaya dialami manusia, terutama
bagi pasien yang sedang mengalami sakit atau menderita. Dengan begitu manusia
dapat menemukan makna hidupnya yang paling dalam yakni persekutuan dengan
Allah, asal dan tujuan hidup, melalui peristiwa hidup sehari-hari, juga
dalam penderitaan yang sedang dialami.
Pendampingan rohani
diperuntukan bagi setiap pasien dan atau keluarganya tanpa membedakan suku,
agama, bangsa, ras, jenis kelamin, golongan, maupun status sosial. Perbedaan
suku, agama, bangsa, ras, jenis kelamin, golongan, maupun status sosial tetap
dihormati dan perlu dipahami justru untuk dapat memberikan asuhan sesuai dengan
kebutuhan pasien dan atau keluarganya secara lebih tepat.
"... Semoga Bermanfaat .... "
DAFTAR SUMBER:
Banawiratma, J.B. 1990. Spiritualitas Tranformatif. Yogyakarta:
Kanisius
Beek, Aart, Martin,
Van. 1987. Konseling Pastoral.
Semarang: Satya Wacana
Beek, Van, Aart. 2002. Pendampingan Pastoral.Jakarta: BPK Gunung Mulia
Clinebell, Howard. 1966. Basic Types of Pastoral Care and Counseling.
Nashville: Abingdon Press
Clinebell, Howard. 2002. Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan Konseling.
Yogyakarta: Kanisius
Haarsma, F. 1991. Pastorat dalam Dunia. Yogyakarta: Puspas
KWI. Alkitab Deutrokanonika
Mudjijo, P. 2012b. Pengertian, Unsur-unsur, Dasar-dasar serta Metode-metode Pastoral
Care (jilid 1). IPI Malang. Karya tidak diterbitkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar