Rabu, 14 Januari 2015

HONDA CG 110 th 1980


Sekilas Tentang, Tantangan Petugas Pastoral




"SEKILAS TENTANG TANTANGAN PARA PETUGAS PASTORAL CARE"

 

Dewasa ini, perkembangan zaman serta maraknya alat komunikasi semakin membuat manusia tidak lagi bisa memberikan bimbingan atau pendampingan terutama kepada orang yang sakit. Howard Clinebell (2002:204-205) dalam bukunya yang berjudul “Tipe-tipe dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral” mengatakan bahwa perkembangan zaman yang seperti saat ini, membuat setiap manusia semakin terpisah dengan sesamanya dan lebih mementingkan dirinya sendiri. Melihat permasalahan dan realita di atas, agaknya setiap manusia yang ada di zaman sekarang kurang bisa menghargai pribadi manusia sebagai ciptaan Tuhan yang sempurna (bdk. Kej 1:27). 

Membimbing dan mendampingi orang sakit merupakan tugas yang sangat mulia, karena telah menjaga serta merawat ciptaan Tuhan.  Berdasarkan hal ini juga, maka di dalam tradisi Gereja Katolik ada pelayanan bagi umat yakni Sakramen Pengurapan Orang Sakit. Hal ini juga sekaligus sebagai wujud perhatian Gereja pada orang yang sakit dan menderita (SC: 73);

 

“Pengurapan terakhir”, atau lebih tepat lagi disebut “Pengurapan Orang Sakit”, bukanlah sakramen bagi mereka yang berbeda di ambang kematian saja. Maka, saat yang baik untuk menerimanya pasti sudah tiba bila orang beriman mulai ada dalam bahaya maut karena menderita sakit atau sudah lanjut usia.

 

Pastoral Care merupakan bentuk pelayanan yang didasarkan pada semangat Yesus sendiri, sebagaimana yang dikatakana oleh Yesus dalam Injil Matius;

“Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu. Maka tersiarlah berita tentang Dia di seluruh Siria dan dibawalah kepada-Nya semua orang yang buruk keadaannya, yang menderita pelbagai penyakit dan sengsara, yang kerasukan, yang sakit ayan dan yang lumpuh, lalu Yesus menyembuhkan mereka. Maka orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. Mereka datang dari Galilea dan dari Dekapolis, dari Yerusalem dan dari Yudea dan dari seberang Yordan” (Mat 4:23-25).

Gaya hidup manusia di zaman sekarang ini dipenuhi oleh sikap individualistik, konsumeristik, hedonistik, dan materialistik. Hal tersebut tentunya mengakibatkan pergeseran nilai-nilai hidup manusia. Dalam setiap perubahan dan perkembangan selalu diiringi krisis atau ketegangan. Ini juga yang mempengaruhi aspek hidup manusia. Keempat aspek tersebut meliputi, fisik, mental, spiritualitas dan sosial. Keempat aspek tersebut juga saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain.
Pekerjaan menolong orang yang menderita dipandang Yesus sebagai bagian hakiki dari karya penyelamatan, seperti yang ditegaskan oleh-Nya dalam Injil Lukas:

“Lalu Yesus berkata kepada mereka: ”Aku bertanya kepada kamu: Manakah yang diperolehkan pada hari sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya” (Luk 6:9) 
 
Tugas seorang petugas pastoral di rumah sakit adalah membantu pasien dalam kesembuhan spiritualitasnya. Pelayanan tersebut dilakukan dengan tindakan kasih yang mendalam, dengan harapan supaya pasien yang mengalami kerahiman dari Allah, dalam arti penyembuh batin yang berasal dari kuasa kasih Allah terhadap dirinya.
Pelayanan petugas pastoral care harus mencerminkan kepribadian yang baik, sopan dan penuh cinta kasih, demi peningkatan upaya keberhasilan penyembuhannya tidaklah akan mencapai hasil yang optimal dengan adanya peran dari pasien itu sendiri di dalamnya. Dalam hal ini pasien harus juga terlibat dengan aktivitas pastoral yang diberikan oleh pihak rumah sakit melalui para petugasnya.
Petugas pastoral care dengan spiritualitas matang, hendaknya berusaha memberikan pertolongan kepada orang lain dalam hal ini ialah para pasien, dengan sentuhan kasih, dan membimbing ke arah hubungan yang lebih baik terhadap diri sendiri, sesama maupun dengan Tuhan sendiri. Sehingga dapat berkembang menjadi manusia yang utuh.
Pastoral care yang dilaksanakan kelompok-kelompok basis gerejawi bukan hanya dalam  memelihara hidup rohani, tetapi memelihara umat Tuhan sebagai keseluruhan. Pastoral care tidak hanya berarti mengajak berdoa, tapi perhatian terhadap orang, jiwa raganya seluruhnya sebagai satu kesatuan. Seperti yang diungkapkan oleh Romo Janssen, pastoral care itu tidak ada hubungannya dengan pastoran, atau dengan pastor, akan tetapi ada hubungan dengan pastoral, dalam arti mengembangkan community yang berdasar atas kasih, perhatian terhadap orang keseluruhan (www.bhaktiluhur.org/pendiri/).
Profil petugas pastoral care sangat berpengaruh terhadap keberhasilan bagi berproses penyembuhan, maka dalam hal ini, seorang petugas pastoral care harus memiliki kualifikasi tertentu, baik itu kepribadian, sikap dan keterampilan. Hal tersebut menjadi dasar dari modal yang harus terus-menerus dihubungkan. Aktivitas berpastoral adalah aktivitas mencintai. Setiap tenaga pastoral pertama-tama harus mencintai pekerjaannya, aktivitas kesehariannya dan lebih dari itu ialah mencintai setiap orang yang menjadi medan pastoralnya. Itulah yang lantas disebut sebagai cinta kasih pastoral.

....Semoga, bermanfaat ...

Pontianus Tr - SPIRITUALITAS PETUGAS PASTORAL CARE SERTA TANTANGANNYA DALAM TUGAS PELAYANAN




SPIRITUALITAS PETUGAS PASTORAL CARE SERTA TANTANGANNYA DALAM TUGAS PELAYANAN


Pengertian Spiritualitas Pastoral Care

Bagian ini akan dibahas mengenai pengertian spiritualitas, spiritualitas pastoral care, dasar teologi, tujuan, fungsi, cara pendampingan dan peranan spiritualitas bagi seorang petugas pastoral care.

Spiritualitas
Pengertian spiritualitas, menurut Banawiratma (1990:57-58) dalam bukunya yang berjudul “Spiritualitas Transformatif Suatu Pergumulan Ekumins” dikatakan demikian:

Kata spiritualitas berasal dari bahasa latin yaitu: “Spirit” yang berarti Roh; yaitu: daya kekuatan yang menghidupkan atau menggerakkan Spiritualitas dapat diartikan sebagai kekuatan atau Roh yang memberi daya tahan kepada seorang atau kelompok orang untuk mempertahankan, memperkembangkan, mewujudkan kehidupan. Spiritualitas berarti: Cara orang menyadari, memikirkan, menghayati hidup rohaninya. Spiritualitas tidak lain adalah gaya hidup atau gerak batin yang mewujudkan keberadaan seseorang. Dengan demikian dapat dikatakan hidup menurut kehendak Roh, mutu dan kualitasnya ditunjukkan dengan cara hidup, sikap hidup, prinsip hidup.



Berdasarkan pandangan tersebut maka, spiritualitas dapat diartikan daya dan kekuatan yang menghidupkan, serta daya penggerak bagi seseorang dalam mempertahankan, memperkembangkan, mewujudkan kehidupannya. Selain itu, spiritualitas merupakan suatu gaya hidup atau gerak batin yang mewujudkan keberadaan seseorang. Dengan demikian dapat dikatakan spiritualitas sebagai hidup menurut kehendak Roh, mutu dan kualitasnya ditunjukkan dengan cara hidup, sikap hidup, dan prinsip hidup.

Menurut Aart Van Beek (1999:10-12) dalam bukunya yang berjudul “Pendampingan Pastoral”. Istilah pastoral berasal dari kata “pastor” dalam Bahasa Latin atau dalam Bahasa Yunani disebut “primen” yang artinya “gembala”. Secara tradisional dalam kehidupan gerejawi hal ini merupakan tugas pendeta yang harus menjadi gembala bagi jemaat atau dombaNya. Istilah ini dihubungkan dengan diri Yesus Kristus dan karyaNya sebagai “Pastor Sejati atau Gembala yang Baik”.

Istilah pastor dalam konotasi praktisnya berarti merawat atau memelihara. Sikap pastoral harus mewarnai semua sendi pelayanan setiap orang sebagai orang-orang yang sudah dirawat dan diasuh oleh Allah secara sungguh-sungguh. Penggembalaan adalah istilah struktural untuk mempersiapkan rohaniawan untuk tugas pastoral atau tugas penggembalaan. Ada beberapa tipe penggembalaan di masyarakat Kristen Indonesia, yakni:
  1. Penggembalaan sebagai bentuk pembinaan, yaitu tugas membentuk watak seseorang dan mendidik mereka menjadi murid Kristus yang baik. 
  2. Penggembalaan sebagai pemberitaan firman Allah melalui pertemuan antar pribadi, kelompok kecil, walaupun juga dilakukan dalam khotbah dan liturgi. 
  3. Penggembalaan sebagai pelayanan yang berhubungan dengan sakramen. 
  4. Penggembalaan sebagai pelayanan penyembuhan, yaitu pelayanan rohani yang mengakibatkan penyembuhan fisik, dan lain-lain.
  5. Penggembalaan adalah pelayanan kepada masyarakat, yaitu pelayanan sosial dan pelayanan.
  6. Penggembalaan sebagai pelayanan dimana manusia yang terlibat dalam interaksi menantikan dan menerima kehadiran dan partisipasi Tuhan Allah. 
  7. Penggembalaan sebagai sebagai konseling pastoral yang menggunakan teknik-teknik khusus (ilmu-ilmu humaniora) khususnya psikologi.

Pastoral Care
Pastoral Care merupakan cabang dari pastoral yang dikhususkan pada pemeliharaan jiwa-jiwa. “Kegiatan pemeliharaan jiwa-jiwa, menurut F. Haarsma berpusat pada orang perorangan dan atau kelompok kecil.” (bdk. F. Haarsma, Pastoral Dalam Dunia, Puspas Yogyakarta,1991, hal 10). Inilah pastoral care di dalam arti luas. Dalam bahasa Latin disebut “cura animarum” yang berarti pemeliharaan rohani, atau pemeliharaan jiwa-jiwa.

Dalam artinya yang sempit, pastoral care berarti pemeliharaan rohani dari golongan-golongan yang memerlukan perhatian khusus, misalnya, pastoral care untuk orang sakit. Di rumah sakit, mereka sudah  menerima perawatan secara jasmani. Tetapi di samping itu, mereka juga membutuhkan perawatan secara rohani. Inilah arti khusus, atau arti sempit dari pastoral care yang dipakai oleh banyak rumah sakit, khususnya rumah sakit kristiani. Di rumah sakit seperti itu, disediakan kamar khusus untuk bagian pastoral care, juga ada tenaga khusus untuk pastoral care. Tenaga yang biasanya mendukung, antara lain: suster atau tenaga awam lainnya, yang dilatih untuk perawatan rohani. Yang mengalami sakit adalah manusia sebagai suatu keseluruhan. Maka, sebagai keseluruhan (totalitas) pasien tidak hanya memerlukan penyembuhan badan, melainkan juga memerlukan pemeliharaan rohani yang khusus.

Obyek dari subdisiplin (ilmu) ini adalah penggembalan: penggembalaan, kepedulian, perhatian, pembinaan satu terhadap yang lain, yang memberi kesempatan kepada mereka untuk berkembang melalui komunikasi religius pribadi ke dalam situasi dalam mana mereka seharusnya ada.

Sebagai bentuk pemeliharaan jiwa, pastoral care memiliki perhatian seluruhnya tertuju pada hidup batin manusia yang unik yang menjadi arena pertempuran antara Allah dan iblis, tempat mengambil keputusan antara yang baik dan yang buruk. Dari pusat hati manusia, menurut perkataan Yesus, timbul pikiran-pikiran jahat. Tetapi menurut Paulus, dalam hati yang sama itu berdiam Roh Kudus dan berdoa dengan hembusan yang tak dapat diucapkan.

Maka manusia yang dituju oleh pastoral care adalah manusia dalam totalitasnya, yang hidup dengan niat dan harapannya, dengan rasa benci dan cintakasihnya.

Pastoral care merupakan bagian dari terapi. Banyak orang Katolik yang mengalami kesulitan untuk melayani jiwanya sendiri. Orang-orang yang seperti itu masih memerlukan pelayanan pastoral care. Orang Katolik tidak bisa menjadi garam jika ia sendiri kehilangan asinnya. Maka orang yang seperti itu perlu disembuhkan; bukan hanya penyembuhan secara fisik, tetapi juga psikis dan rohaninya.

Pada banyak tindakan penyembuhan yang dilakukan Yesus dapat diketahui bahwa sesudah seseorang disembuhkan, maka Yesus memberi tugas kepada orang itu; seakan-akan Ia mengatakan: “Sekarang kamu telah sembuh, kembalilah ke tempatmu untuk mewartakan Injil.” (Mrk.1:44; Mrk.5:19).



Pastoral Care sebagai Teologi Praktis

Menurut P. Mudjijo (2012b:5-6) Pastoral care merupakan bagian dari teologi praktika. Dari istilah ini, pastoral care mendapat pengertian: (1) suatu bentuk penerapan Injil secara khusus kepada umat yang ada di dalam situasi khusus, baik secara pribadi maupun kelompok. Berita baik dari Kristus benar-benar sampai kepada mereka. (2) menolong orang satu persatu atau kelompok kecil untuk menyadari hubungannya dengan Allah dan sesamanya, dan membimbingnya untuk mengakui dan mewujudkan imannya di dalam situasi hidupnya yang khusus, dan (3) tiap-tiap kegiatan dalam mana si pekerja pastoral melalui tindakan komunikatifnya berusaha mempengaruhi kepribadian, pikiran, perasaan, pengakuan iman, anggota-anggota Gereja atau umat yang digembalakannya sehingga mereka semakin mampu mewujudkan imannya di dalam situasi hidup mereka.

Berdasarkan pengertian-pengertian yang ada di atas, jelas bahwa yang ditekankan dalam pastoral care adalah manusia, satu-persatu, secara pribadi, atau secara berkelompok. Selain itu, hal lain yang dipandang penting dalam pastoral care adalah relasi dan komunikasi antara petugas pastoral care dengan pasien yang menerima pelayanan dari padanya. Dengan demikin, pastoral care amat menekankan adanya hubungan manusiawi, satu-persatu, secara pribadi.

Gambaran dari relasi antara petugas pastoral care dengan orang-orang yang dilayaninya ini dapat dijumpai dalam perupamaan tentang “Gembala yang Baik” (bdk. Yoh.10:1-12). Seorang Gembala yang baik mengenal domba-dombanya satu persatu (ay. 14), memeliharanya, dan membimbingnya, supaya domba-dombanya selamat, jangan kelaparan atau tersesat. Dari ayat ini, dapat ditafsirkan sebagai berikut;

Pertama. Manusia secara pribadi, satu persatu mendapat perhatian.  Petugas pastoral care mulai dengan memperhatikan manusia secara pribadi. Latar belakang dari pemikiran ini adalah pandangan bahwa siapapun yang melalaikan segi subyektif dari manusia, pastilah suatu ketika akan menyingkirkan manusia itu sendiri. Pastoral care menolak segala perlakuan yang dapat menimbulkan kaum tanpa kepribadian, yang menimbulkan golongan-golongan yang pribadi-pribadinya hanya diberi nomor-nomor, sehingga pribadi yang sebenarnya tidak dihargai. Penolakan ini didasarkan pada keyakinan bahwa manusia yang pribadinya sering tidak dihargai sesamanyapun. Di hadapan Allah dan dalam terang iman mereka tetap dihargai. Maka dalam pastoral care, orang-orang yang dilayani diperjuangkan agar mereka mencapai tingkat keluhuran pribadi. Harus diingat, bahwa adanya manusia sebagai pribadi berasal dari Allah dan tertuju kepada-Nya. Perlu diperhatikan pula, bahwa segi subyektif dan taraf menjadi pribadi pada setiap manusia memang dapat dibedakan. Namun hal ini tidak dapat dipisahkan. Segi subyektif menentukan jati diri orang yang bertindak dalam  rangkaian masa lalu, kini dan yang akan datang.

Maka tugas teologi pastoral dewasa ini ialah memperjuangkan penyelamatan unsur-unsur subyektif ini. Dan ini hanya mungkin kalau manusia dipertahankan sebagai pribadi. Maka pastoral care berusaha memperjuangkan paham pribadi sebagaimana dikembangkan dalam tradisi Kristiani sejak jaman para Bapa Gereja. Menggembirakan sekali, bahwa dalam gerakan-gerakan kritis dalam agama Kristen yang sangat dekat dengan teologi pembebasan. Secara jelas diberikan ruang baik pada pemeliharaan jiwa maupun pada pastoral antar pribadi.

Melalui pastoral care kita disadarkan akan pentingnya perhatian terhadap penderitaan, rasa sepi, kegembiraan, harapan, rasa susah dan putus asa; sebab hanya seseorang yang pernah terhibur dapat bernilai bagi sesamanya. Tugas teologi pastoral sebagaimana diuraikan di sini sehubungan dengan unsur subyektif dan pribadi. Teologi pastoral mempunya dampak teoritis ilmiah, yaitu pengakuan tempat yang sah dari pastoral care dalam keseluruhan cabang-cabang teologis, sebab berpusat pada unsur subyektif manusia.

Kedua. Relasi antara si pekerja pastoral dengan umat yang dilayaninya tidak juga berhenti pada relasi orang per-orang. Pastoral care lebih lanjut memperhatikan orang yang dilayaninya di dalam hubungannya dengan lingkungannya yang nyata, yakni sesama umat. Dan di dalam hal ini pastoral care berarti juga tidak boleh melupakan kelompok umat di mana orang yang dilayani itu menjadi anggota. Bahkan juga memperhatikan lingkungan dalam mana umat yang digembalakannya itu tinggal. Manusia sebagai pribadi, tidak dapat dipisahkan dari kelompoknya, karena manusia adalah makhluk sosial. Memperhatikan individu manusia lepas dari kelompoknya dan lingkungannya, berarti melupakan totalitas manusia.

Ketiga. Pastoral care juga diberikan untuk umat sebagai kelompok. Kerap kali pastoral care juga menangani kelompok-kelompok umat. Mereka digembalakan bukan sebagai pribadi, melainkan sebagai kelompok. Cara penggembalaan pun berbeda dengan penggembalaan pribadi-pribadi.



Tujuan Pastoral Care

Pastoral care bertujuan memberikan pelayanan kasih, sebagai ungkapan iman sekaligus jawaban konkrit atas panggilan hidup kristiani. Pelayanan ini juga, memberikan perhatian kepada mereka yang menderita untuk meringankan beban mental psikologis dan spiritual. Bentuk pelayanannya berwujud:
  1. Menjadi teman secara intensif, sehingga orang yang menderita tidak merasa sendirian. 
  2. Meneguhkan, mendorong dan mendukung sehingga pribadi yang didampingi semakin berkembang atau serta mengalami penyembuhan. 
  3. Membangkitkan potensi kemampuan dan kemauan dalam diri orang yang didampingi sehingga mempunyai harapan untuk maju dalam kesehatannya. 
Fungsi Pastoral Care

Pastoral Care mempunyai sifat penggembalaan. Pastoral Care berfungsi: membimbing sehingga orang yang didampingi semakin berkembang dan berani menghadapi pergumulan dan perjuangan hidupnya. Sebagai petugas pastoral care, seseorang diharapkan dapat membangkitkan potensi-potensi dalam diri orang yang didampingi sehingga mempunyai harapan untuk bergereka maju.

Menurut Clinebell (1966:42-43), seorang ahli konseling pastoral, pendamping pastoral mempunyai fungsi menyembuhkan, membimbing, menopang, memperbaiki hubungan dan memelihara. Ada 5 fungsi: menyembuhkan, membimbing, menopang, memperbaiki, memelihara.

Fungsi Menyembuhkan. Pendampingan pastoral membantu pasien untuk menyembuhkan hatinya. Hal ini pada umumnya pasien mengungkapkan beban hidupnya yang terpendam. Tidak jarang tekanan batin dapat menimbulkan penyakit psikosomatis. Melalui pengungkapan pengalaman “penolakaan”, pasien diantar keluar dari kepahitan batinnya.

Fungsi Membimbing. Fungsi ini membantu pasien agar dapat mengambil keputusan yang realitas terhadap persoalan hidup yang dihadapinya. Pendampingan bersama pasien mencari kemungkinan pemecahan masalah, menimbang segi positif dan negatif dari setiap alternatif jalan keluar.

Fungsi Menopang. Fungsi ini memberikan peneguhan, penghiburan kepada pasien, dengan harapan mampu menerima kenyataan yang ada. Kehadiran yang baik dan komunikasi non lisan, sangat membantu pasien karena memberikan kekuatan dan peneguhan.

Fungsi Memperbaiki Hubungan. Fungsi ini membantu pasien yang sedang mengalami konflik dengan dirinya sendiri, sesama maupun dengan Tuhan.

Fungsi Memelihara. Fungsi memelihara ini membantu pasien agar dapat mendampingi diri sendiri, bahkan orang lain yang memintanya. Dalam proses pembimbingan diharapkan pasien akan berkembang terus menerus menjadi lebih dewasa dalam menghadapi persoalan hidupnya.

Pada akhirnya, Pastoral Care merupakan bagian dari keseluruhan pelayanan kesehatan holistik  yang dilakukan dan diberikan oleh rumah sakit. Adapun maksud dari pelayanan ini sebagai pelayanan pendampingan untuk menghadirkan kerahiman Allah supaya dialami manusia, terutama bagi pasien yang sedang mengalami sakit atau menderita. Dengan begitu manusia dapat menemukan makna hidupnya yang paling dalam yakni persekutuan dengan Allah, asal dan tujuan hidup, melalui peristiwa hidup sehari-hari,  juga dalam penderitaan yang sedang dialami.

Pendampingan rohani diperuntukan bagi setiap pasien dan atau keluarganya tanpa membedakan suku, agama, bangsa, ras, jenis kelamin, golongan, maupun status sosial. Perbedaan suku, agama, bangsa, ras, jenis kelamin, golongan, maupun status sosial tetap dihormati dan perlu dipahami justru untuk dapat memberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan pasien dan atau keluarganya secara lebih tepat.
"... Semoga Bermanfaat .... "

 DAFTAR SUMBER:


Banawiratma, J.B. 1990. Spiritualitas Tranformatif. Yogyakarta: Kanisius
Beek, Aart, Martin, Van. 1987. Konseling Pastoral. Semarang: Satya Wacana
Beek, Van, Aart. 2002. Pendampingan Pastoral.Jakarta: BPK Gunung Mulia

Clinebell, Howard. 1966. Basic Types of Pastoral Care and Counseling. Nashville: Abingdon Press

Clinebell, Howard. 2002. Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan Konseling. Yogyakarta: Kanisius
Haarsma, F. 1991. Pastorat dalam Dunia. Yogyakarta: Puspas
KWI. Alkitab Deutrokanonika

Mudjijo, P. 2012b. Pengertian, Unsur-unsur, Dasar-dasar serta Metode-metode Pastoral Care (jilid 1). IPI Malang. Karya tidak diterbitkan